Judul : Aku Berjanji Puaskan Istri Teman
link : Aku Berjanji Puaskan Istri Teman
Aku Berjanji Puaskan Istri Teman
CERITA SEX - Aku dan sahabatku ini tumbuh bersama, kami
bersahabat sedari kecil, kenakalan kecil, belajar mabuk, melamar pekerjaan,
bahkan main cewek pun kami selalu bersama. Denis memang ganteng dan lumayan play
boy. Yang aku tahu pasti, dia termasuk hiper. Two in one selalu menjadi menu
wajib kalo kami mampir ke jalan Mayora Subono Surabaya. Dia juga mempunyai
banyak teman mahasiswi yang siap pakai dan lucunya dia sering menawari aku
bercinta dengan gadis mahasiswinya di depan hidungnya. Terkadang dia mengajak
threesome. Aku sih ok ok saja, why not enak kok dan lagi ketika itu aku cuma
karyawan swasta yang bergaji kecil, sedangkan Denis sudah memiliki usaha
sendiri yang cukup sukses.
Sayang
sekali di usia 32, sahabatku ini mengalami kecelakaan yang membuat dia terpaksa
menggunakan kursi roda. Padahal dia baru dua tahun menikah dan dikaruniai satu
anak laki laki yang lucu.
Peristiwa ini benar benar membanting dirinya, untunglah Dea benar benar istri yang setia dan selalu memompakan semangat hidup agar Denis tidak menyerah. Sebagai sahabat akupun tidak bosan bosannya menghibur agar dia mau mencoba mengikuti terapi.
Seperti biasa di malam minggu aku main kerumahnya, daripada ngeluyur enggak karuan, maklum se-tua ini aku masih bujang.
"Don.. Elo
masih ingat jaman kita gila dulu? Minimal gue selalu ambil dua cewek. Hahahaha
dan mereka selalu ampun ampun kalo gue ajak lembur" Denis tersenyum senyum
sendiri. Aku memahami rupanya Denis terguncang karena kemampuan sex yang dibanggakan mendadak hilang dari dirinya.
"Don, gue
harus sampaikan sesuatu ke elo, kenapa gue selalu bicara tentang sex ke
elo.
Hhhhhhhh…. Gue kasihan sama Dea…. Dia istri yang baik dan setia, tetapi
gue tidak mungkin memaksa dia untuk terus menerus mendampingi gue. Dia
punya hak untuk
bahagia" Denis terdiam cukup lama.
"Istriku masih muda, 26 tahun. Gue nggak ingin dia nanti menyeleweng. Lebih baik kami berpisah baik baik, dia bisa mendapatkan suami yang lebih baik" Matanya menerawang.
"Tapi Dea tetap bersikukuh tidak mau. Baginya menikah cuma sekali dalam hidupnya.
Tetapi gue kuatir Don… Gue kuatir… Karena… Hhhhh karena…. Dea nafsunya besar.
Bisa kamu bayangkan betapa tersiksanya dia. Kami dulu hampir setiap hari
bercinta" Denis terdiam lagi lama.
Kemarin
dia bicara 'Mas aku nggak akan menyeleweng, karena cintaku sudah absolut. Kalo
kamu memaksa untuk berpisah, aku tidak bisa. Memang kalau bicara sex, sangat
berat bagiku. Tapi kita bisa mencoba pakai tangan kan mas. Mas bisa puasin pakai
tangan mas, pake lidah juga masih bisa…. Kita coba dulu mas…'
"Kami
mencobanya Tetapi karena lumpuhku, jari dan lidahku tidak bisa maksimal,
dan dia tidak mampu orgasme. Sempat juga pakai dildo. Itupun juga
gagal. Ini lebih
disebabkan posisi tubuhku yang tidak mendukung. Akhirnya aku mengatakan
bahwa
bagaimana kalau kamu mencoba pakai cowok beneran. Kita bisa pakai
gigolo, asal
kamu bercinta di depanku jangan di belakangku. Aku bilang bahwa ini
hanya murni
untuk menyenangkan dirinya. Kamu tahu? Istriku hanya menangis, dalam
hatinya
sebenarnya dia mungkin mau tapi entahlah. Hhh… Sebenarnya
aku mau minta tolong kamu… Pertama kamu temanku, sudah seperti saudara
sendiri,
kamu belum menikah, kamu sekarang juga sudah nggak segila dulu… Mungkin
udah
berhenti ya? Jadi aku minta tolong bener-bener minta tolong puaskan
istriku"
Kata Denis, suaranya sedikit tercekat…
"No.. No.. No
no no no…. Nggak Den.. Aku nggak mau… Maaf aku gak bisa bantu seperti
itu, Dea wanita baik baik, aku melihatnya seperti malaikat. Dan aku
sungguh menghormatinya.
Sorry aku pulang dulu Den… Tolong pembicaraan ini jangan diteruskan" Aku
menghindar.
Dea adalah wanita sempurna, cantik, hatinya lembut, setia ke suami, tidak neko neko, dan tubuhnya benar benar sempurna. Denis benar benar sinting kalo aku diminta meniduri istrinya.
Tiga minggu
kemudian, pagi pagi aku mampir lagi ke rumahnya, aku pikir dia sudah tidak mau
membicarakan itu lagi, ternyata aku salah. Kali ini dia memintaku sambil
memohon, bahkan matanya berkaca kaca, "Don please, bantu aku, kamu tidak kasihan
lihat istriku? Kami sudah sepakat kalau kamu dan dia tidak perlu ML. Mungkin
memuaskan dengan tangan atau lidah", aku sungguh tidak setuju dengan rencananya, tapi melihat permintaannya hatiku
trenyuh. "Ok Den, aku coba bantu, tapi aku perlu bicara dulu dengan Dea".
"Bicaralah
dengannya, dia ada di halaman belakang, bicaralah" Desak Denis.
Perlahan aku melangkah ke bagian belakang rumahnya yang besar, aku lihat Dea sedang menyirami bunga anggrek, sinar matahari pagi turut menyiram wajahnya yang lembut, kimononya yang berwarna merah kontras sekali dengan kulitnya yang putih bersih.. Sungguh anggun… Mungkin Denis sudah memberi tahunya karena dia seperti menunggu kedatanganku.
"Hai De… Mana si kecil Andre? Masih tidur ya?" Tanyaku basa basi.
"Hai mas.. Iyaaa.. Andre masih bobo… Tumben datang pagi begini… Sudah sarapan belum?" Dea tersenyum lembut. Wajahnya hanya ber make up tipis, begitu sempurna.
"Udah
kok, eh aku bantu potongin anggrek yuk? Dulu aku suka bantu ibuku merawat
anggrek. Eehh ini sepertinya kepanjangan De.. Coba deh dipotong lebih pendek
lagi, supaya lebih cepat berbunga" Kataku sok serius.
"Mas aku sangat mencintai mas Denis. Akupun tahu dia sungguh mencintaiku. Dia adalah suami yang pertama dan terakhir" Suaranya tercekat, wajahnya menunduk. Dea bicara langsung ke pokok persoalan. Ini lebih baik, karena semakin lama disini aku semakin canggung.
"Aku
sungguh berharap, mas Donny tidak menganggapku wanita murahan. Mas Denis bilang
bahwa kalau melihat aku bahagia maka dia juga bahagia. Jadi nanti apa yang kita
lakukan harus masih dalam koridor saling menghormati ya mas" Kini matanya
berkaca kaca.
"De, aku ikuti apa maumu, kalau nanti kamu minta berhenti, aku berhenti. No hurt feeling… Jangan kuatir aku tersinggung, Kamu adalah wanita yang paling aku hormati setelah ibuku. Aku… Aku akan memperlakukanmu dengan terhormat" Bisikku.
Perlahan Dea menarik tanganku menuju lantai 2, mungkin ini kamar tamu. Interior kamar
sungguh nyaman, warna warna soft mendominasi, mulai dari warna bedcover, bantal
dan gorden terkomposisi dengan baik, benar benar mendapat sentuhan wanita.
"Bagaimana dengan Denis? Dia pernah bilang kalo harus sepengetahuan dia.." Tanyaku kuatir, aku tidak mau dituduh mengkhianati sahabat sendiri.
"Mas Denis nanti datang setelah dia rasa kita ada hubungan chemistry
yang lebih jauh. Aku
juga keberatan kalo mas menyentuhku di depan mas Denis terlalu terus
terang. Aku tidak mau hatinya sakit. Dan ditahap awal ini aku sungguh
berharap kita tidak terlalu jauh. Mungkin aku belum terlalu siap… Dan
maaf kalo tiba tiba aku minta berhenti.. Mas
ngerti kan perasaanku?" Dea berkata dengan wajah menunduk. Tangannya
terlihat gemetar ketika perlahan lahan membuka bedcover. Aku hanya
mengangguk
tanpa bicara.
Lalu Dea berjalan menuju meja rias, membelakangiku, perlahan dilepas cincin kawin dijarinya "Aku tidak bisa bercinta dengan orang lain dengan tetap memakai cincin ini" Katanya berbisik.
'Maafkan
aku De, aku akan meperlakukan kamu dengan baik..' Bisikku dalam hati.
Perlahan dia berbalik menghadapku sambil membuka gaunnya, ternyata dibalik kimononya, Dea hanya memakai lingerie warna pink, G-string plus stocking putih berenda. Aku tidak mau sembarangan untuk memulainya. Ini aku pakai juga untuk menghormati mas Donny, Dea berjalan perlahan ke arahku. Aku hanya bisa menahan nafas, dadaku sesak bergemuruh, rasanya sulit untuk bernafas, rasanya aku tidak akan bisa menyentuhnya, dia terlalu indah, Dea terlalu indah untukku, kakiku lemas.
Dengan
perlahan Dea membuka kancing bajuku, sedikit mengelus dadaku yang berbulu,
wajahnya masih menunduk, tanganku menyentuh rambutnya lembut kemudian aku cium
perlahan keningnya.. Dengan bertelanjang dada tanpa melepas celana panjangku,
ku tuntun Dea ketempat tidur. Aku peluk lembut, aku ciumi keningnya berulang
kali. Turun ke pelipis, lama aku cium di situ. Aku harus membuatnya rileks….
Matanya yang indah tampak berkaca kaca. Hembusan nafasnya masih memburu bergetar.
Aku mengerti Dea masih belum siap…
Aku bisikkan kata kata lembut ketelinganya "De… Kamu santai saja, aku nggak akan menyentuh yang nggak semestinya kok. Jangan kuatir, kita tidak terlalu jauh, ini hanya semacam perkenalan saja… Ok?" Dea mengangguk sambil memejamkan matanya mencoba menghayati.
Aku mengerti Dea masih belum siap…
Aku bisikkan kata kata lembut ketelinganya "De… Kamu santai saja, aku nggak akan menyentuh yang nggak semestinya kok. Jangan kuatir, kita tidak terlalu jauh, ini hanya semacam perkenalan saja… Ok?" Dea mengangguk sambil memejamkan matanya mencoba menghayati.
Kemudian bibirku menyentuh pipinya, harum Kenzo di lehernya, menuntunku ke arah sana. Lehernya sungguh indah, bibirku menyelusuri leher jenjangnya sambil sekilas menciumi belakang telinganya.
"Oooohhhh.. Mas.. Ahhhh" Nafasnya dihembuskan panjang, rupanya tadi dia
terlalu tegang. Aku
tetap menciumi dia, tidak beranjak dari sekitaran pipi, kening, leher
dan telinga.
Sengaja tidak kucium bibirnya, takut membuat moodnya jadi hilang. Tetapi
ternyata Dea sendiri yang mencari bibirku, dan mencium lembut perlahan.
Badanku merasa
meremang.
Kemudian kami berpandangan dekat, matanya lekat menghunjam mataku, seperti mencari kepercayaan disitu. Ini adalah titik kritis, berhenti atau lanjut…
Perlahan Dea memejamkan matanya, bibirnya sedikit terbuka, aku mengerti kalau ini
semua bisa berlanjut lebih jauh. Kucium lama dan lembut bibirnya yang indah itu.
Perlahan bibirku turun ke leher sedikit ke bawah. Turun… Turun ke belahan dadanya yang ranum. Wanginya sungguh memabukkan. Dea hanya melenguh pelan "Eeehhhhh.. Mas".
Tanganku
mulai mengelus pahanya, aku gosok perlahan, tanganku berhenti ketika
jemari Dea menyentuh tanganku. Ahh mungkin aku terlalu jauh.. Ternyata
jemari Dea menggosok permukaan lenganku. Kulanjutkan lagi gosokan
tanganku ke pangkal
pahanya.
Kusentuh missVnya yang hangat. Aku tidak membuat gerakan yang tiba tiba, semua harus mengalir lembut. Cukup lama jemariku menyentuh bulu bulunya. Bibirnya terasa dingin, Dea sudah mulai terangsang sambil masih mencium lembut bibirnya, jemariku mulai menyentuh klitorisnya, begitu tersentuh, Dea langsung merintih nafasnya memburu "Mas uffff.. Mas.." Cepat sekali vaginanya basah. Aku memahami, mungkin sudah satu tahun Dea tidak disentuh Denis.
Bibirku perlahan mulai mencium dari belahan dada menuju bukit indahnya. Belum pernah kulihat toket seranum ini. Lidahku menari nari diujung putingnya yang merah muda. Aku sentuh dengan ujung lidah kemudian sedikit aku sedot lalu aku lepas lagi, begitu berulang ulang. Nikmat sekali. Aku lirik wajah Dea merah padam, nafasnya tersengal sengal "Geliii… Aaahhhh… Geliii mas…. Jangan lama lama… Geli… Aduuuuhhh".
Sengaja aku teruskan jilatanku, dengan sedikit mengeluarkan erangan,
agar Dea mengerti kalo aku sendiri juga super terangsang. Eranganku
dengan
erangannya kini bersahut sahutan. Kepala Dea bolak balik terbangun
mungkin
karena dia tidak tahan dengan gelinya. Jemariku bertambah cepat
menggosok
klitorisnya. Tiba tiba jemari Dea meremas rambutku dan kedua tangannya
pun
menekan kepalaku, sehingga aku sulit bernafas karena terbenam di
toketnya.
Pinggul Dea terangkat tinggi sambil merintih panjang "Masssssss… Ahhhhh
Dea Orgasme….".
Pinggul
kembali terhempas ke tempat tidur yang langsung terayun ayun, badannya melemas,
tangannya lunglai ke bawah, sambil berkali kali menelan ludahnya Dea mulai
menangis memalingkan wajahnya.
Aku ciumi lembut kepalanya, kucium air matanya di pipi, kemudian kucium tipis
bibirnya.
Perlahan kepalaku turun ke leher, dada, perut, pusar dan berhenti di bulu bulu kemaluannya. Lidahku mulai menari di klitorisnya yang super basah. Dea hanya terdiam.
Perlahan kepalaku turun ke leher, dada, perut, pusar dan berhenti di bulu bulu kemaluannya. Lidahku mulai menari di klitorisnya yang super basah. Dea hanya terdiam.
Aku masih
sibuk menjilati vaginanya yang wangi. Dea mulai recovery lagi jemari lentiknya
meremas rambutku. Dagunya terangkat ke atas, nafasnya terputus putus memburu.
Perlahan kuturunkan celanaku. Bibirku kembali ke atas, mencium pusarnya,
mengecup putingnya kemudian menyentuh bibirnya. Mataku beradu dengan matanya.
Pandangan mataku bertanya, haruskah kuteruskan.
Dea mengerti kalau batangku
menempel kemaluannya. Perlahan kakinya melingkar ke pahaku.. Mata kami tetap
berpandangan. Ku gesekkan batangku perlahan lahan, Dea sedikit merintih,
bibirnya terbuka..
Kepala
batangku mulai menekan, menekan sedikit masuk, masuk lagi perlahan, lalu
kaki Dea menekan pinggulku sehingga batangku lebih dalam masuk. Masuk
seluruhnya.. Badanku meremang, batangku terasa hangat. Mata kami masih
beradu
pandang… Tiba tiba disudut matanya muncul air bening yang mengalir
perlahan ke
pipinya. Dea kembali menangis…
Kembali
aku cium lembut bibirnya. Pinggulku tidak langsung aku gerakkan, agar dia merasa
nyaman dulu dengan batangku didalam. Lalu Perlahan aku mulai gerakkan pinggulku
sedikit demi sedikit, "Pelan pelan mas " Dea merintih.
Gerakan lebih kupercepat, aku rasakan batangku masuk sepenuhnya kedalam
vaginanya, Tempat tidur mulai berguncang, bunyi geritan besi tempat tidur mulai
keras terdengar.
Tiba tiba Dea memelukku erat, bibirnya mendekat ke telingaku dan
berbisik "Kok besar sekali mas, terima kasih, nikmat sekali mas… Ooohhh
nikmat" Dea kini lebih agresif menciumku, lidahnya mulai berani masuk ke
mulutku.
Tubuh kami
berguling, kini dia diatasku. Otomatis batangku lebih menghunjam ke dalam,
posisi ini favoritku karena aku bisa sepenuhnya melihat kecantikannya, melihat
lekuk tubuhnya, meremas dadanya dan pinggulnya lebih leluasa.
Gerakan tubuh Dea mulai liar, wajahnya berada keatas dengan mata terpejam. Gerakannya malah lebih cepat dari gerakanku. Tubuhnya mulai menggigil dipenuhi peluh yang mengucur deras di sela belahan toketnya, pemandangan ini membuat tubuhnya tampak sensual, kujilati semua peluhnya dengan nikmat. Dea mendekati puncak…. Sementara aku susah payah bertahan agar tidak ejakulasi.
"Aaaaaa… Aaaaaaahhhh.. Aahh!" Dia mulai tidak malu mengeluarkan rintihan dan
erangan suaranya lebih keras, tiba tiba tubuhnya menghentak keras, lenguhannya
memanjang kemudian tubuhnya lunglai ambruk di tubuhku. Segera kupeluk erat dan
kucium lembut keningnya. Aku lega… Senang bisa memuaskannya..
"Terima
kasih mas…. Terima kasih… Aku belum pernah merasa nikmat seperti ini, dua kali
orgasme" Bisik Dea.
"Aku bisa teruskan kalo kamu mau, De" Bisikku sambil menciumi pelipisnya.
"Terima kasih… May be next time… Sekarang giliran mas Donny… Mas belum puas kan?" Aku tersenyum dan kugelengkan kepalaku.
"No… Tidak perlu… Itu tidak penting. Kamu bisa menikmati, itu lebih penting. Kalau aku turut mencari
kepuasan artinya aku tidak menghargai kamu. Semua ini untuk kamu, De… Hanya untuk
kamu" Dalam hati kumaki maki diriku, mengapa aku sok suci. Tetapi tak bisa
kumaafkan diriku kalau aku ikut menikmati kesempatan emas ini, Dea bersedia
bercinta denganku artinya dia sudah menghempaskan semua harga dirinya
dihadapanku. Aku menghargai dan menghormatinya.
"Mas… Kamu
baik sekali… Sungguh kamu baiiiikk sekali". Dea memelukku erat dan lama sekali
sampai aku terengah engah karena kepalaku terbenam di belahan toketnya.
Sebenarnya aku ingin meneruskan dengan melumat dan mengigit gigit putingnya, tapi aku tidak mau merusak suasana.
Mengapa Denis tidak kemari, bukankah dia minta kita bercinta di depannya. Aku tidak mau
dikatakan mengkhianati teman…
"Mas Denis mungkin sudah melihat kita dari tadi, dia ada di ruangan dibalik kaca meja rias, itu kaca tembus pandang mas" Dea menjelaskan ketika melihat mataku memandang pintu.
"Oiya, mas
gak bersih bersih badan? Aku bantu di kamar mandi yuk…" Sambil menarik
tanganku.
Kami saling menggosok badan, aku remas lembut toketnya dari belakang dan
mencium lembut punggungnya. Dea kembali merintih.. Tubuhnya berbalik kemudian
melumat bibirku, benar benar agresif, tiba tiba Dea jongkok dan cepat
menggenggam batangku sedetik kemudian mulutnya mengulum milikku yang makin
mengeras penuh. Aku benar benar tidak menduga Dea melakukan itu. Tindakannya
membuat kakiku lumpuh.
"Jangan De… Jangan De… Nanti aku keluar ahhh… De.. Sudah.. Please…" Rintihku.
Dea segera berdiri lagi lalu berbalik menghadap shower dinding. Aku mengerti dia ingin aku masuk dari belakang. Dengan guyuran air hangat, aku masukkan batangku cepat, aku sudah tidak tahan, nafsuku sudah memuncak, Dea pun menggerakkan tubuhnya mengimbangi tubuhku.
"Aaahhh
mas…Aku… Aku… Ahhh... Aku…." Tubuhnya kembali menggeliat dan mengejang, jemarinya
kuat meremas tangkai shower, sementara aku benar benar tidak dapat menguasai
diriku.
Spermaku yang tertahan dari tadi akhirnya mau tak mau menyembur keluar, masuk jauh ke relung vaginanya… Sh(bip)t mengapa aku tidak bisa menahannya? Dea kembali jongkok dan kini membersihkan lelehan spremaku dengan lidahnya. Aduh aku merasa geli sekali. Dia kocok kocok lagi agar semua spermaku keluar. Kemudian mengakhirinya dengan sedotan panjang diujung batangku.
Ooohhhh Dea.. Kenapa aku harus ejakulasi…
Selesai
berbersih diri dan memakai baju, kami keluar kamar. Rupanya Denis sudah menunggu
di depan TV, dia tersenyum dari kejauhan. Aku merasa jengah, merasa tidak enak.
Sementara Dea menunduk dan berjalan ragu ke sebelah suaminya.
Dari kursi rodanya, Denis memeluk pinggang istrinya "Terima kasih Don, kamu sahabat yang baik. Aku sudah melihat percintaan kalian tadi. Aku berharap kamu tidak keberatan untuk meneruskan nanti".
Demikianlah Artikel Aku Berjanji Puaskan Istri Teman
Sekianlah artikel Aku Berjanji Puaskan Istri Teman kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel Aku Berjanji Puaskan Istri Teman dengan alamat link https://agenlendir69.blogspot.com/2017/07/aku-berjanji-puaskan-istri-teman.html
No comments:
Post a Comment